Kepesantrenan
Berdirinya Pesantren Biru dimulai tahun 1749 masehi oleh Embah Fakarudin dari Tanjung Singuru Samarang Garut. Adapun Al-Falah Biru berdiri sekitar tahun 1930 masehi sebagai perluasan dari pesantren Biru oleh KH. Asnawi Muhammad Faqieh dan dilanjutkan oleh anak cucunya sampai sekarang (2015).
Tokoh-tokoh pendahulu di pesantren Al-Falah Biru adalah KH. Asnawi Muhammad Faqieh beserta tiga putranya : Syakhuna Iming Bunyamin, Syaikhuna Badruzzaman, KHR. Bahrudin. Jumlah santri atau jamaah pengajian pada generasi pendahulu mencapai ribuan bahkan puluhan ribu dan sampai sekarang para santrinya masih melekat hubungannya dengan keluarga besar Al-Falah Biru yang tersebar di wilayah Jawa Barat (Garut, Bandung, Bekasi, Karawang, Banten, Tasikmalaya dll) dengan ikatan amalan Tarekat Tijaniyyah.
Para pengajar yang terlibat di generasi sekarang tidak hanya dari keluarga pendiri pesantren akan tetapi dipercayakan pula kepada para santri hasil didikannya yang terpilih dan telah menyelesikan jenjang pendidikannya selama 6 tahun dengan menyesuaikan pendidikan formal Tsanawiyah dan SMK.
Adapun para pengajar dari keluarga besar pesantren Al-falah Biru adalah : Ustadz Khoer, ustad Hanifah Mamun Budikafrawi, ustadz Asep Sofwan, Ustadz Hilmanudin, Ustadz Eden Salman, Ustadzah Ibu Hj. Omah Karomah, Ustadzah Sa’diah.
Para lulusan santri Al-Falah Biru ditargetkan mampu menguasai ilmu-ilmu dasar agama dan kitab-kitab kuning serta mampu menyampaikan ilmunya untuk diajarkan kembali kepada orang lain sehingga menjadikan bekal untuk terjun ke masyarakat sebagai pemuka agama atau penerus di kampungnya masing-masing.
Kegiatan kepesantrenan dimulai pukul 5 pagi setelah shalat subuh s/d pukul 10 malam dan disesuaikan bagi santri yang sekolah. Sampai saat ini jumlah santri keseluruhan sebanyak 350 orang.
Fasilitas yang tersedia adalah sbb:
– Tempat belajar dan penginapan santri yang tersebar di beberapa tempat disekitar kompleks pesantren.
– Sekolah Tsanawiyyah dan SMK Kimia Industri.
Alumni-alumni generasi pertama dan kedua kebanyakan dari para ulama yang sudah mempunyai santri ditemptnya masing dan tersebar di propinsi Jawa Barat dan sebagian di luar Jawa Barat seperti daerah Majenang Jawa Tengah.
Setelah generasi pertama dan kedua berakhir alumni-alumni berasal dari generasi muda yang mondok di pesantren.
Kyai yang memimpin pesantren pada generasi ketiga adalah : Alm. KH. Endeh, KH. Dadang Ridwan (Rancamaya), KH. Ahid, Alm. KH. Suruur (Pasirwangi), Alm. KH. Sya’ban, Alm. KH. Adang, Alm. KH. Enjang, Alm. KH. Hilal, Ustadzah Hj. Omah Mahromah.
Pada generasi keempat kegiatan pesantren dilanjutkan oleh para putra generasi ketiga seperti Ustadz Khoer, Ustadz Hanif dan Ustadz Asep Sofwan dibawah bimbingan KH. DR. Muchlis Badruzzaman.